Generasi Milenial yang banyak orang tahu adalah generasi kekinian yang melek internet dan menjadi sorotan diberbagai bidang, kini generasi milenial bisa juga menjadi pengusaha properti. Terlebih lagi menurut Direktur Utama Bank BTN, Maryono, seperti dikutip Republika.co.id, selasa (23-10-2018) kehadiran generasi milenial di industri properti sangat dibutuhkan karena mereka dapat memberikan inovasi yang tepat untuk pengembangan dan pemasaran produk hingga akses pembiayaan untuk generasi yang kelak mendominasi 34 persen populasi masyarakat Indonesia pada tahun 2020.
Menurut Suryono, ada beberapa alasan mengapa generasi milenial berpotensi sukses jadi pengusaha properti, antara lain adalah :
Investasi di sektor properti menjadi favorit para investor besar
Karena ketersediaan lahan yang terbatas membuat investor memegang kontrol, daya juang ketika berinvestasi pun sangat tinggi, telebih lagi nilai aset dapat ditingkatkan dengan modal minimum, mendapatkan capital gain dan cashflow juga bank lebih suka memberikan pinjaman dengan jaminan properti.
Menjadi aliran investasi properti dunia
Berdasarkan peringkat Top Cities for Real Estate Investment tahun 2018 dari Price Waterhouse Coopers (PwC), Jakarta menempati urutan kelima setelah banglore, Bangkok, Guangzhou dan Ho Chi Minh City.
“Artinya banyak investasi yang mengalir ke Jakarta, tapi tidak menutup kemungkinan kota besar lainnya di Indonesia juga berkembang dan menarik investasi properti karena sejumlah faktor. Diantaranya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan rumah lewat program sejuta rumah, pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur dan digitalisasi di dunia bisnis yang makin efisien” kata Maryono.
Ceruk industri properti masih besar dan belum tergarap maksimal
Generasi milenial berpotensi menjadi tulang punggung ekonomi bangsa yang menentukan masa depan Indonesia. Karena ceruk untuk menggarap proyek properti ini masih besar dan belum tergarap maksimal. Maka dari itu maryono sangat tertarik untuk mengajak generasi milenial untuk menjadi pengusaha properti.
Kebutuhan akan rumah hunian masih besar
Dalam catatan BTN, selisih kebutuhan rumah dengan kapasitas pengembang masih lebar di Indonesia. Adapun kebutuhan rumah masih besar, yakni sebesar 800 ribu unit per tahun, sementara kapasitas pembangunan rumah para pengembang hanya sebesar 250 ribu hingga 400 ribu unit per tahun.
Minimnya pasokan membuat daya dorong sektor perumahan terhadap PDB Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017 hanya mencapai 2,8 persen. Angka ini sangat rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia mencapai di atas 20 persen dan Thailand sebesar 8 persen.
“Padahal jika investasi properti meningkat, kebutuhan rumah masyarakat terpenuhi dan setidaknya 170 industri turunan lainnya ikut terdongkrak. Banyak pula lapangan pekerjaan berkembang yang pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Maryono.
BTN memberikan pemberian kredit property dan konstruksi untuk pengembang property
Maryono menjelaskan, dalam bisnis properti terdapat sisi pasokan dan sisi permintaan yang keduanya harus diperhatikan. Maka, BTN tidak hanya mengembangkan pembiayaan perumahan untuk menangkap permintaan konsumen (demand) namun juga memperhatikan sisi pasokan (supply). Jadi buat pengembang generasi milenial tidak usah khawatir tidak tersedianya dana untuk usaha yang satu ini, karena BTN siap untuk meberikan pembiayaan kredit perumahan dan konstruksinya.
Jumlah wirausaha masih minim
Jumlah wirausaha di Indonesia berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM tergolong minim yaitu sebesar 7,8 juta orang dari sekitar 252 juta orang penduduk Indonesia.
Dengan jumlah tersebut, Global Entrepreneurship index tahun 2018 menempatkan Indonesia di posisi 94 dari 137 negara. Posisi tersebut di bawah Malaysia di urutan 58 dan Thailand di urutan 71 dan kalah dibandingkan Singapura yang bertahta di urutan 27.
Jadi guys, sudah siap jadi pengusaha properti generasi milenial? Ayo tangkap peluangnya.